Bekerjadengan Ikhlas, Gigih dan Pantang Menyerah, Inilah Kisah Inspiratif Susi Pudjiastuti Tiffany Maulany Putri 06 November 2020 | 15:33:40 Bekerja dengan Ikhlas, Gigih dan Pantang Menyerah, Inilah Kisah Inspiratif Susi Pudjiastuti. hvtf7. Hajar protes karena suaminya meninggalkan dia dan anaknya yang masih kecil di padang pasir tak bertuan. Seperti jamaknya dia hanya bisa menduga bahwa ini akibat kecemburuan Sarah, istri pertama suaminya yang belum juga bisa memberi mengejar Ibrahim, suaminya, dan berteriak, “Mengapa engkau tega meninggalkan kami di sini? Bagaimana kami bisa bertahan hidup?” Ibrahim terus melangkah meninggalkan keduanya, tanpa menoleh, tanpa memperlihatkan air matanya yang meleleh. Remuk redam perasaannya terjepit antara pengabdian dan masih terus mengejar sambil menggendong Ismail, kali ini dia setengah menjerit, dan jeritannya menembus langit, “Apakah ini perintah Tuhanmu?”Kali ini Ibrahim, sang khalilullah, berhenti melangkah. Dunia seolah berhenti berputar. Malaikat yang menyaksikan peristiwa itu pun turut terdiam menanti jawaban Ibrahim. Butir pasir seolah terpaku kaku. Angin seolah berhenti mendesah. Pertanyaan, atau lebih tepatnya gugatan Hajar membuat semua membalik tubuhnya, dan berkata tegas, “Iya!”.Hajar berhenti mengejar. Dia terdiam. Lantas meluncurlah kata-kata dari bibirnya, yang memgagetkan semuanya malaikat, butir pasir dan angin, “Jikalau ini perintah dari Tuhanmu, pergilah, tinggalkan kami di sini. Jangan khawatir. Tuhan akan menjaga kami.”Ibrahim pun beranjak pergi. Dilema itu punah sudah. Ini sebuah pengabdian, atas nama perintah, bukan sebuah pembiaran. Peristiwa Hajar dan Ibrahim ini adalah romantisme ikhlas. Ikhlas adalah wujud sebuah keyakinan mutlak pada Sang Maha Mutlak. Ikhlas adalah kepasrahan bukan mengalah apalagi menyerah kalah. Ikhlas itu adalah engkau sanggup berlari melawan dan mengejar, namun engkau memilh patuh dan adalah sebuah kekuatan menundukkan diri sendiri dari semua yang engkau cintai. Ikhlas adalah memilih jalan-Nya, bukan karena engkau terpojok tak punya jalan lain. Ikhlas bukan lari dari kenyataan. Ikhlas bukan karena bukan merasionalisasi tindakan, bukan mengalkulasi hasil akhir. Ikhlas tak pernah berhitung. Ikhlas tak pernah pula menepuk dada. Ikhlas itu tangga menujuNya. Ikhlas itu mendengar perintahNya dan menaatiNya. Ikhlas adalah ikhlas. Titik.“Belum cukupkah engkau memahami apa itu ikhlas dari diamnya Hajar dan perginya Ibrahim?”Dan aku, kamu, serta kita, semuanya tertunduk pasrah bersama Malaikat, butir pasir dan a’ ini sebelumnya telah tayang di Cerita Inspiratif nilai dari sebuah keikhlasan dan kegigihan. Banyak sekali cara Tuhan untuk mengingatkan kita, pentingnya menghargai orang lain yang memiliki kekurangan, baik itu fisik maupun materil. Tidak ada satu orangpun di dunia ini yang meminta untuk dilahirkan seperti itu, mereka juga berharap bisa hidup normal, atau lahir dari orangtua yang berkecukupan. Untuk itu, kita wajib merangkul dan tidak menghinanya. Sudah bukan jamannya lagi kita malu dengan kemiskinan, justru kita harus malu jika masih terus terusan meminta ini dan itu kepada orangtua. Sekarang ini, jamannya anak-anak yang hebat, anak yang bisa membanggakan kedua orangtua, baik dengan prestasi, maupun dengan perbuatan dan tingkahlaku berbakti. Cerita inspiratif untuk anak sekolah agar tetap ikhlas dan gigih dalam kebaikan, khususnya belajar dan berbakti kepada orangtuaPesan Moral dari Cerita Inspiratif Cerita inspiratif untuk anak sekolah agar tetap ikhlas dan gigih dalam kebaikan, khususnya belajar dan berbakti kepada orangtua Cerita inspiratif yang menyentuh hati pic pinterest Seorang anak gelandangan yang biasa menjual jasa semir sepatu di sekitar stasiun kereta, berjalan seperti orang pincang, dia bukan acting untuk dikasihani, Sudah lama sandal itu rusak, namun tetap dia perbaiki seadanya. Sambil duduk di pinggiran veron stasiun, tempat biasanya membuka lapak, dia mencoba memperbaikinya lagi, namun apa daya, bukan talinya yang putus, melainkan lubang untuk mengaitkan tali bagian depannya sudah longgar. sudah tidak mungkin untuk diperbaiki lagi. Baca juga Cerita inspiratif dari Merry Riana Sambil termenung sedih, dia menatap dengan tatapan kosong kearah depan. Nampak dari kejauhan, seorang anak seusianya ingin berangkat sekolah, dengan seragam yang bersih dan rapih. Berjalan beriringan seorang ayah di belakangnya, sepertinya seorang pegawai kantoran yang searah dengan sekolah anaknya. Sesekali anak itu membungkuk, berusaha membersihkan sepatu hitam pekat dengan tisu basah miliknya, beberapa kali dia terdorong orang lain, karena begitu banyak orang yang keluar masuk stasiun itu. Dari kejauhan, gelandangan itu terus memperhatikan sepatu yang dipakainya, sepatu itu baru dan mahal, terlihat dari logo yang menempel dan semua orang tahu itu. Beberapa kali dia juga pernah diminta untuk membersihkan sepatu model itu. Caption cerita inspiratif Mereka dipersilahkan duduk, oleh salah seorang pengguna kereta yang sudah duluan berada di sana, asalannya adalah karena orangtua itu membawa anak kecil. Anak itu masih terus berusaha membersihkan sepatunya yang mungkin masih dia anggap kotor. Tidak lama, kereta yang ditunggu akhirnya datang juga, Ayah anak itu bergegas mengajaknya untuk menaiki kereta. Penumpang yang berebut ingin masuk duluan, ternyata membuat salah satu sepatunya terlepas dan tertinggal di veron. Anak gelandangan itu segera berlari mengambilnya dan mengejar kereta yang mulai berjalan. Rupanya anak itu tahu dan sadar bahwa sepatunya terjatuh, kereta itu tidak memiliki pintu pada masing-masing gerbongnya. Ayah anak itu memegang erat tangannya agar tidak jatuh, gelandangan itu masih terus berlari mengejarnya, sampai akhirnya dia tersungkur jatuh. Walau pun begitu, dia terus berlari, kemduain melemparkan sepatu itu dengan sekuat tenaganya. Baca juga Pengalaman study tour ke Bali Sayang, sepatu itu hanya mengenai telunjuk ayahnya dan terlempar jauh. Gelandangan itu mengangkat kedua tangannya sambil berlutu kelelahan. Dengan raut muka yang sangat sedih seperti meminta maaf. Tidak disangka, anak itu melemparkan sepatu satunya lagi, dan mengucapkan terima kasih atas usahanya. Begitu bahagianya dia, memiliki sepasang sepatu mahal yang tidak dia sangka-sangka bisa memiliki sepatu sebagus itu. Pesan Moral dari Cerita Inspiratif Cerita inspiratif anak jaman now pic pinterest Keikhlasan dan kegigihannya dalam berusaha menolong orang lain, membuatnya diberikan ganjaran hari itu juga, bukan sandal yang dia dapat, melainkan sepatu baru yang ber merek dan mahal. Begitu juga jika bersungguh-sungguh dan ikhlas dalam belajar, tidak akan merasa bosan dan malas, karena keikhlasan membuat semuanya menjadi nyaman dan happy senang. Semoga cerita inspiratif ini bermanfaat untuk kalian semua, terima kasih. Terkadang keikhlasan hanya bisa diukur oleh rasa. Karena mudah sekali bilang ikhlas tetapi hati masih merasa bimbang. Mari kita belajar dari kisah inspiratif tentang ikhlas berikut ini yang dibagi dalam tiga cerita. Ada kalanya untuk memahami sebuah rasa kita lebih mudah melalui cerita daripada nasihat orang bijak. Yang pertama kita akan menyimak sebuah kisah inspiratif tentang ikhlas dalam berkarya. Kedua cerita tentang menjadi orang ajaib melalui keikhlasan, dan yang ketiga cerita tentang ikhlas dengan perumpaan ubi dan kambing. Kisah Inspiratif Tentang Ikhlas Dalam Berkarya Siapa yang tidak kenal dengan kitab ­Matan al-Ajurumiah atau biasa cukup disebut Jurumiyah? Salah satu kitab nahwu yang sangat populer dalam dunia pendidikan, khususnya pesantren. Kitab sederhana dan ringkas ini menjadi pelajaran pokok di hampir semua pondok pesantren. Penjelasannya tidak terlalu luas dan lebar, akan tetapi manfaat dan berkah di dalamnya sangat banyak. Bahkan, orang-orang yang hendak bisa baca kitab kuning, terlebih dahulu mempelajari kitab ini. Luasnya manfaat dan banyaknya keberkahan kitab Jurumiyah tidak lepas dari peran penulis yang begitu ikhlas ketika menulis. Ia berupaya menghilangkan manusia dalam benak pikirannya dan murni menjadikan Allah sebagai tujuannya. Ia tidak membutuhkan pujian maupun tepuk tangan dari orang lain, yang ia inginkan hanyalah ridha dari Allah swt. Penulisnya adalah Syekh Shanhaji. Nama lengkapnya adalah Abu Abdillah Muhammad bin Muhammad bin Ajurrum as-Shanhaji. Beliau dilahirkan di kota Fes, Maroko, tahun 672 H, dan wafat pada tahun 723 H. Namanya dikenang sepanjang masa disebabkan karyanya yang sangat sederhana namun ada keikhlasan di dalamnya, sehingga karyanya terus berlanjut dan dipelajari oleh umat Islam. Imam Kafrawi dalam Syarah kitab Jurumiyah, menyebutkan perihal keikhlasan Syekh Shanhaji ketika menulis kitabnya. Menurutnya, ketika Syekh Shanhaji hendak menulis kitabnya, ia menghadap kiblat dan memohon kepada Allah untuk memberikan manfaat dan keberkahan di dalam karyanya. Ketika beliau berhasil merampungkannya, beliau justru membuang kitab yang sudah ditulisnya ke tengah lautan, kemudian berkata, “Apabila kitab ini murni ikhlas semata karena Allah swt, maka tentu tidak akan basah” Imam Kafrawi, Syarah al-Ajurumiyah, [Maktabah al-Hidayah, Surabaya], h. 27. Atas izin Allah dan berkat keikhlasan Syekh Shanhaji dalam beramal, kitab Ajurumiyah yang ditulisnya tidak basah sedikit pun, bahkan banyaknya air di samudera tidak membekas pada kitab tersebut. Ajurumiyah tetap utuh sebagaimana sebelum dilempar pada lautan. Masyaallah. Kisah Inspiratif Tentang Ikhlas Menjadi Orang Ajaib Dalam sebuah cerita, Rasulullah SAW pernah mengisahkan sebuah kisah tentang seseorang atau si fulan yang bersedekah 3 kali namun 3 kali salah memberikan sedekahnya. Si Fulan berdo’a memohon petunjuk kepada Allah SWT. “Ya Allah, tunjukkan kepada saya seseorang yang berhak menerima sedekah.” Hari pertama, si fulan bersedekah pada seorang laki-laki. Namun, esok harinya orang-orang gempar membicarakan jika “semalam ada pencuri yang mendapat sedekah”. Mendengar hal itu, si fulan bersedih karena merasa Ia telah salah sasaran dalam bersedekah. Kemudian si Fulan berdo’a, memohon petunjuk kepada Allah SWT. “Ya Allah, tunjukkan kepada saya seseorang yang berhak menerima sedekah.” Dikemudian hari, si Fulan bersedekah kepada seorang perempuan. Namun, esok harinya orang-orang kembali gempar membicarakan jika “semalam ada pezina mendapat sedekah”. Mendengar hal itu, si Fulan kembali merasa bersalah dan bersedih karena telah salah sasaran lagi dalam memberi sedekah. Si Fulan tetap ingin bersedekah, sedekah ketiga kalinya ia tidak tahu jika ternyata yang diberi sedekah adalah orang kaya. Hingga malam harinya, kembali digemparkan orang-orang yang membicarakannya jika “semalam ada orang kaya yang mendapat sedekah”. Si Fulan kembali bersedih, karena tiga kali bersedekah merasa telah salah sasaran dalam memberi sedekah. Ia merasa bahwa Allah SWT tidak mengabulkan keinginannya untuk bersedekah pada orang yang berhak menerima sedekah. Malam keempat setelah si Fulan melakukan sedekah, ia bermimpi bertemu malaikat. Dalam mimpinya tersebut, Malaikat menyampaikan jika sedekahnya diterima oleh Allah SWT. “Ya Fulan, sedekahmu yang pertama Allah terima. Lewat sedekahmu, kamu telah menghalanginya untuk mencuri karena sudah mendapatkan harta darimu.” “Sedekahmu yang kedua, Allah terima. Karena lewat sedekahmu telah menghalangi seseorang dari berzina. Karena dia sudah mendapatkan apa yang dia butuhkan sehingga dia tidak perlu berzina.” “Sedekahmu yang ketiga Allah terima juga, karena berkat sedekahmu pada orang kaya, kamu telah menyadarkan orang kaya yang kikir menjadi orang kaya yang dermawan.” Inilah yang dinamakan keberkahan dari niat baik penuh keikhlasan dalam melakukan amal kebaikan. Salah satunya dalam hal bersedekah. Kisah di atas juga merupakan penjelasan dari hadits arba’in yang ke satu, yang berbunyi “innamal a’malu bin niyat…” Sesungguhnya setiap amal perbuatan tergantung pada niatnya. Jika niat kita benar, ikhtiar beramal sholih dengan tulus dan ikhlas, meskipun ternyata kita keliru. Allah SWT tetap memberi kita pahala sesuai dengan niat yang benar tersebut. Allah SWT tidak melihat penampilan seseorang dari tampilan luarnya saja. Allah SWT tidak melihat perbuatan seseorang dari yang tampak saja, melainkan Allah SWT melihat setiap orang dari isi hatinya. Kisah Inspiratif Tentang Ikhlas Dari Ubi dan Kambing Di suatu pondok yang sederhana, hiduplah seorang guru tua dengan istrinya. Sang guru sudah puluhan tahun mengajar di sebuah sekolah yang tak terlalu jauh dari rumahnya. Guru ini sangat baik hati dan dihormati oleh murid-muridnya. Suatu hari, seorang mantan muridnya datang ke rumahnya. Ia membawa seikat ubi yang diamanahkan oleh ayahnya sebagai oleh-oleh pada sang guru. “Pak guru, saya membawa ubi. Hanya ini yang saya dan keluarga punya untuk membalas kebaikan bapak,” ujarnya. Melihat muridnya yang lugu dan tulus, sang guru tersentuh. “Kok repot-repot, Nak? Duduk di sini dulu ya. Kamu pasti capek jauh-jauh dari desa bawa ubi. Bapak ke belakang dulu,” ujar sang guru. Pria paruh baya itu pun berjalan ke belakang dan menemui istrinya. “Bu, kita punya apa? Ini muridku bawa ubi,” kata pria itu. Sang istri melihat ke dapurnya. Tidak ada apa-apa selain alat masak, bumbu dapur dan air minum. “Punya apa kita, Pak? Wong kita cuma punya kambing peliharaan bapak itu di belakang,” jawab istrinya. Guru itu pun mengangguk-angguk, “Oo.. Ya sudah ini ubinya disimpan. Buatkan muridku minum ya, Bu. Kita kasih kambing saja,” kata pria itu. Istrinya mengangguk dan membuatkan teh hangat untuk muridnya. Sementara pria itu mengambil kambing peliharaannya. “Ini, Nak. Bawa pulang, ya? Bilang terima kasih pada bapakmu,” kata pria itu. Muridnya terkejut, tapi ia sangat berterima kasih pada gurunya yang memang baik hati itu. Tak lama, ia pun pulang dari pondok gurunya. Di jalan, murid ini bertemu dengan temannya. Teman tersebut bertanya dari mana ia mendapat kambing. Murid yang lugu itupun menceritakan bagaimana ia membawa ubi hingga dapat kambing. Mendengar cerita itu, murid yang satu ini tergiur mendapat pemberian yang sama dari gurunya. Ia pun segera pulang dan menceritakan kejadian itu pada ayahnya. Sang ayah yang juga tergiur berkata, “Wah, mungkin kalau kamu bawa kambing, nanti kamu akan diberi sapi, Nak.” Begitu pikir ayah dan anak ini. Kalau mereka memberi yang besar, maka mereka akan menerima yang lebih besar lagi. Maka, sore itu pergilah murid yang satu ini membawa kambing ke rumah gurunya. Sang guru kaget, baru saja ia memberi kambing pada muridnya, sekarang ia menerima kambing lain yang menggantikan kambingnya. Maka buru-buru ia menemui istrinya, “Istriku, kita dapat kambing lagi. Alhamdulillah. Kita cuma punya ubi, ya? Ya sudah berikan saja ubinya untuk muridku,” ujarnya. Maka sang guru keluar membawa 3 ikat ubi yang diberikan murid pertamanya tadi. Melihat apa yang diberikan gurunya, murid kedua ini terkejut. Antara agak kecewa dan harus tetap senyum di depan gurunya. Maka ia pun pulang dengan membawa 3 ikat ubi, bukan sapi seperti yang dia harapkan. Dari kisah inspiratif di atas bisa kita mengambil hikmah dari bagaimana dampak dari sebuah niat. Murid pertama memang berniat untuk mengunjungi gurunya, sedangkan murid kedua berkunjung agar mendapatkan sapi. Hikmah yang bisa kita petik dari ketiga kisah inspiratif tentang ikhlas di atas adalah keikhlasan yang bersumber dari dalam hati, bukan lagi untuk mencari pujian, mendapatkan pahala, ataupun berharap balas budi dari orang lain. Ibarat gelas yang bocor, keikhlasan yang tidak dilandasi dengan niat dari hati karena mengharap ridho Allah SWT semata, maka seberapa banyak pun gelas diisi akan tetap kosong. Maka janganlah jadikah hidup kita seperti gelas yang bocor dan jangan jadi orang yang punya niat ingin mendapat balas budi seperti kisah inspiratif tentang ikhlas yang ketiga. Sumber